Pengembangan Padi 𝘗𝘦𝘳𝘦𝘯𝘯𝘪𝘦𝘭: Dukung Upaya Pencapaian Swasembada Beras
Bertempat di Ruang Pertemuan Hotel Aston Tropicana Bandung, PSI Tanaman Pangan mengikuti rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinasi Bidang Pangan, Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian, Jumat (06/12). Selain perwakilan PSI Tanaman Pangan, kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan (Badan Riset dan Inovasi Nasional), perwakilan Kepala Balai Besar Pengujian Standar Intrumen Padi (Kementerian Pertanian), perwakilan Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jawa Barat (Kementerian Pertanian), perwakilan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (Kementerian Pekerjaan Umum), perwakilan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (Kementerian Pekerjaan Umum), perwakilan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat (Provinsi Jawa Barat), perwakilan Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat (Provinsi Jawa Barat), perwakilan Kepala Dinas Kabupaten Sumedang (Kabupaten Sumedang), dan perwakilan Kepala Dinas Kabupaten Subang (Kabupaten Subang).
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Asisten Deputi Peningkatan Daya Saing Produk Tanaman Pangan, Kus Prisetiahadi. Dalam hal optimalisasi produktivitas sumber pangan khsusnya beras, Kus Prisetiahadi menyatakan bahwa literasi dan adaptasi teknologi serta peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat diperlukan. Lebih lanjut “Dibutuhkan pula kolaborasi stakeholder terkait seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Penataan Kawasan Permukinan, Kementarien Kesehatan, Badan Gizi Nasional, Kementerian BUMN, Kementerian Kehutanan, dll dalam upaya pencapaian swasembada beras”, tuturnya kala memberikan arahan.
Peneliti Badan Riset Inovasi Nasional, Dr. Aris Hairmansis memaparkan Perennial rice atau padi abadi yang merupakan jenis padi yang memiliki rimpang (rhizomes) sehingga bisa tumbuh kembali setelah dipanen. Perennial rice dikembangakan oleh peneliti Yunnan University China yang merupakan hasil persilangan antara padi budidaya (Oryza sativa) dengan padi liar (Oryza longistaminata) yang memiliki perakaran rimpang. Perennial rice hanya perlu ditanam sekali, selanjutnya bisa dipanen secara terus menerus selama empat kali masa panen. Keuntungan budidaya padi sitem ratun perennial rice adalah: 1) dapat mengurangi biaya produksi seperti olah tanah, tenaga tanam, dan benih; 2) dapat mempertahankan kesuburan dan struktur tanah; 3) dapat meningkatkan indeks pertanaman. Penelitian terkait perennial rice di Indonesia saat ini tengah memasuki tahap uji daya hasil/ daya adaptasi calon varietas PR 25 dan PR 107 untuk pengembangan di Indonesia; persilangan dengan varietas unggul nasional untuk perakitan varietas perennial rice baru spesifik agro-ekologi yang sesuai preferensi pasar; serta perakitan teknologi budidaya perennial rice spesifik agro-ekologi.
Lebih lanjut dalam hal percepatan swasembada beras diperlukan perluasan areal pertanaman melalui peningkatan indeks pertanaman (IP), perwakilan Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi, Dr. Lalu M. Zarwazi menjelaskan kondisi varietas unggul baru (VUB) padi di Indonesia dan teknologi budidaya salibu. Sistem salibu merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan untuk peningkatan produktivitas padi yang efektif dan ramah lingkungan. Berbagai macam strategi untuk mendukung sistem salibu dalam peningkatan nilai produksi tanaman padi telah diterapkan, diantaranya perlakuan waktu pemotongan tunggul, perlakuan tinggi pemotongan tunggul, manajemen air, penggunaan pupuk, dan penggunaan varietas unggul. Teknologi salibu dapat meningkatkan produktivitas dan IP dari 200 bahkan hingga menjadi 600. Berdasarkan hasil pengujian teridentifikasi padi varietas Inpari 10, Inpari 43 GSR, Cisokan, dan Batang Piaman berpotensi untuk dikembang dengan sistem salibu.
Dalam rangka peningkatan indeks pertanaman diperlukan dukungan prasarana dan sarana pertanian termasuk jaringan irigasi dan penyediaan sumber air yang optimal. Guna mendukung pengujian perennial rice dengan teknologi sistem salibu yang akan dilaksanakan di Kabupaten Sumedang maka perlu optimalisasi irigasi melalui pemanfaatan waduk/dam Sadawarna. Perwakilan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWS Citarum), menjelaskan bahwa Daerah Irigasi (DI) Sadawarna termasuk dalam wilayah kerja BBWS Citarum, Provinsi Jawa Barat dan masuk ke dalam 65 bendungan prioritas NAWACITA. Dari hasil kajian yang telah dilakukan, Bendungan Sadawarna berfungsi untuk: 1) irigasi dengan areal jangkauan persawahan yang diairi sekitar 4400 ha; 2) penyediaan air baku 0,12 m3/dt; dan 3) mereduksi banjir hingga 177 m3/dt. DI Sadawrna adalah daerah irigasi kewenangan pusat yang merupakan jaringan irigasi teknis. Rapat koordinasi dilanjutkan dengan kunjungan lapang ke Lokasi Bendungan Sadawarna Desa Sumur Barang, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Sumedang.