
PSI Tanaman Pangan Gelar VPL Edisi Kedua, Dorong Produksi Benih Padi Bersertifikat
Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya benih padi berkualitas dan bersertifikat, Pusat Standardisasi Instrumen Tanaman Pangan (PSI Tanaman Pangan) kembali menggelar Virtual Public Learning (VPL) "Belajar Standardisasi dan Inovasi bersama Pusat Standardisasi Instrumen Tanaman Pangan (BESTI with PSITP)." Episode kedua tahun 2025 mengusung tema Sharing Session: Teknologi Produksi Benih Padi dan Prosedur Sertifikasinya (13/03).
VPL yang diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom Meeting dan YouTube, mendapatkan antusiasme tinggi dengan jumlah peserta mencapai 500 orang dari berbagai latar belakang, baik dari lingkungan Kementerian Pertanian maupun instansi di luar lingkup kementerian. Para peserta terdiri dari perwakilan Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota di seluruh Indonesia, serta berbagai pemangku kepentingan lain seperti asosiasi pertanian, penyuluh, akademisi, petani, dan elemen masyarakat yang tertarik pada teknologi produksi benih padi dan prosedur sertifikasinya. Kehadiran peserta dari berbagai sektor ini mencerminkan besarnya perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas dan distribusi benih bersertifikat guna mendukung ketahanan pangan nasional.
Kepala PSI Tanaman Pangan, Dr. Ir. Ladiyani Retno Widowati, M.Sc., dalam sambutannya menegaskan bahwa penggunaan benih bermutu dan bersertifikat menjadi faktor utama dalam peningkatan produksi padi. Menurutnya, benih berkualitas menentukan 40–60% keberhasilan produksi, sehingga menjadi aspek penting dalam mencapai swasembada pangan nasional. Ia berharap melalui webinar seperti VPL ini, semakin banyak petani yang tergerak untuk menjadi penangkar benih di berbagai daerah.
Senada dengan itu, Direktur Perbenihan Tanaman Pangan, Gunawan, S.P., M.Si., menyoroti target pemerintah untuk mencapai 20 juta hektare luas tanam padi pada 2025. Untuk mendukung target ini, perlu ada pemerataan penyediaan benih bersertifikat di luar Pulau Jawa. Saat ini, penggunaan benih bersertifikat baru mencapai 60%, sementara produksi benih masih terpusat di Pulau Jawa. Oleh karena itu, penyebarluasan produksi benih di daerah lain menjadi prioritas utama agar ketahanan pangan nasional semakin kuat.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, yang diwakili oleh Dr. Ir. Bustanul Arifin Caya, M.D.M., Penyuluh Ahli Utama, Pusat Penyuluhan Pertanian. Dalam sambutannya menekankan bahwa peran penyuluh sangat penting dalam mendukung program pemerintah. Mereka harus terus meningkatkan pengetahuan dan kapasitas agar dapat memberikan pendampingan teknis kepada petani, khususnya dalam pengembangan benih bersertifikat di wilayah masing-masing.
Sebagai narasumber utama, Dr. Estria Furry Pramudyawardani, S.P., M.Si., yang juga menjabat sebagai Manajer Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi, memberikan wawasan mendalam terkait teknologi produksi dan prosedur sertifikasi benih padi. Ia menjelaskan bahwa benih yang digunakan secara berulang tanpa pembaruan akan mengalami degenerasi, yang berdampak pada menurunnya hasil panen. Oleh karena itu, sertifikasi benih menjadi langkah penting untuk menjaga kualitas dan produktivitas pertanian nasional. Dr. Estria Fury menegaskan bahwa produksi benih berkualitas harus melalui prosedur ketat dengan penerapan teknologi produksi yang efisien. Setiap tahapan, mulai dari seleksi varietas, penanaman, roguing, pemanenan, hingga pengolahan benih, dilakukan dengan pengawasan ketat untuk memastikan standar mutu yang tinggi.
Penerapan teknologi produksi yang efisien memastikan setiap proses berjalan optimal, sehingga benih yang dihasilkan memiliki kualitas unggul, stabil, dan sesuai standar sertifikasi. Dalam paparannya, ia juga merujuk pada Kepmentan No. 966 Tahun 2022, yang mengatur sertifikasi benih tanaman pangan. Regulasi ini bertujuan untuk menjamin bahwa setiap benih yang diproduksi memenuhi standar mutu yang ketat, sehingga kualitas dan daya hasilnya tetap terjaga.
Sesi diskusi interaktif dalam VPL ini mendapat respons positif dari peserta yang aktif mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman terkait penggunaan benih bersertifikat. Sebagai penutup, Dr. Nuning Argo Subekti, Ketua Kelompok Pengelolaan Hasil Standar Instrumen Tanaman Pangan, kembali menegaskan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam memperluas penggunaan benih bersertifikat. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan semakin banyak petani yang terlibat dalam produksi benih berkualitas, sehingga target swasembada pangan nasional dapat segera terwujud.